Dihimpun dari berbagai sumber, berikut kumpulan puisi dari sastrawan kelahiran Surakarta, 20 Maret 1940 ini.1. Duka-Mu Abadi
Dukamu adalah dukakuAir matamu adalah air matakuKesedihan abadimuMembuat bahagiamu sirnaHingga ke akhir tirai hidupmuDukamu tetap abadiBagaimana bisa aku terokai perjalanan hidup iniBerbekalkan sejuta dukamuMengiringi setiap langkahkuMenguji semangat jitukuKarena dukamu adalah dukakuAbadi dalam duniaku!Namun dia datangMeruntuhkan segala penjara rasaMembebaskan aku dari derita iniDukamu menjadi sejarah silamDasarnya 'ku jadikan asasMembangunkan semangat baruBiar dukamu itu adalah dukakuTindakanku biarkan ia menjadi pemusnahku!2. Sementara Kita Saling Berbisik
Sementara kita saling berbisikuntuk lebih lama tinggalpada debu, cinta yang tinggal berupabunga kertas dan lintasan angka-angkaKetika kita saling berbisikdi luar semakin sengit malam harimemadamkan bekas-bekas telapak kaki,menyekap sisa-sisa unggun api sebelum fajarAda yang masih bersikeras abadi3. Yang Fana adalah Waktu
Kita abadi memungut detik demi detikmerangkainya seperti bungasampai pada suatu harikita lupa untuk apa"Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?" tanyamuKita abadi4. Perahu Kertas
Waktu masih kanak-kanak kau membuat perahu kertasdan kau layarkan di tepi kali; alirnya sangat tenangdan perahumu bergoyang menuju lautan."Ia akan singgah di bandar-bandar besar," kata seorang lelaki tua.Kau sangat gembira, pulang dengan berbagai gambar warna-warni di kepala.Sejak itu kau pun menunggu kalau-kalau ada kabar dari perahu yang tak pernah lepas dari rindumu itu.Akhirnya kau dengar juga pesan si tua itu, Nuh, katanya,"Telah kupergunakan perahumu itu dalam sebuah banjir besar dan kini terdampar di sebuah bukit"5. Hatiku Selembar Daun
Hatiku selembar daun melayang jatuh di rumputnanti dulu, biarkan aku sejenak terbaring di siniada yang masih ingin kupandang, yang selama ini senantiasa luputsesaat adalah abadi sebelum kausapu tamanmu setiap pagi.6. Sihir Hujan
Hujan mengenal baik pohon, jalan,dan selokan - suaranya bisa dibeda-bedakan;kau akan mendengarnya meski sudah kau tutup pintu dan jendela.Meskipun sudah kau matikan lampu.Hujan, yang tahu benar membeda-bedakan, telah jatuhdi pohon, jalan dan selokan -menyihirmu agar sama sekali tak sempat mengaduhwaktu menangkap wahyu yang harus kau rahasiakan7. Aku Ingin
Aku ingin mencintaimu dengan sederhanadengan kata yang tak sempat diucapkankayu kepada api yang menjadikannya abuAku ingin mencintaimu dengan sederhanadengan isyarat yang tak sempat disampaikanawan kepada hujan yang menjadikannya tiada8. Pada Suatu Hari Nanti
Pada suatu hari nanti,jasadku tak akan ada lagi,tapi dalam bait-bait sajak ini,kau tak akan kurelakan sendiriPada suatu hari nanti,suaraku tak terdengar lagi,tapi di antara larik-larik sajak ini.kau akan tetap kusiasati,Pada suatu hari nanti,impianku pun tak dikenal lagiNamun di sela-sela huruf sajak ini,kau tak akan letih-letihnya kucari9. Hujan Bulan Juni
Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Junidirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga ituTak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Junidihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan ituTak ada yang lebih arif dari hujan bulan Junidibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu10. Sajak Kecil tentang Cinta
Mencintai angin harus menjadi siutMencintai air harus menjadi ricikMencintai gunung harus menjadi terjalMencintai api harus menjadi jilatMencintai cakrawala harus menebas jarakMencintaimu harus menjelma aku11. Sajak Tafsir
Kau bilang aku burung?Jangan sekali-kali berkhianatkepada sungai, ladang, dan batu.Aku selembar daun terakhiryang mencoba bertahan di rantingyang membenci angin.Aku tidak suka membayangkankeindahan kelebat dirikuyang memimpikan tanah,tidak mempercayai janji api yang akanmenerjemahkanku ke dalam bahasa abu.Tolong tafsirkan aku sebagai daun terakhiragar suara angin yang meninabobokanranting itu padam.Tolong tafsirkan aku sebagai hasratuntuk bisa lebih lama bersamamu.Tolong ciptakan makna bagiku,apa saja - aku selembar daun terakhiryang ingin menyaksikanmu bahagiaketika sore tiba.12. Ia Tak Pernah
Ia tak pernah berjanji kepada pohonuntuk menerjemahkan burungmenjadi apiIa tak pernah berjanji kepada burunguntuk menyihir apimenjadi pohonIa tak pernah berjanji kepada apiuntuk mengembalikan pohonkepada burung
No comments:
Post a Comment